Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

Sunday, March 24, 2019

Cerita Dwi Suprihadi Merawat Tiga Gorila di Ragunan

Dwi Suprihadi, Perawat Gorilla di Taman Margasatwa Ragunan

PELANGI4DKomu, Kumbo, dan Kimi, tiga ekor gorilla ini menjadi primadona di Pusat Primata Schmutzer, Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. 

Tak sedikit warga yang datang menyempatkan diri melihat jenis primata terbesar di dunia itu. Ketiganya pertama kali didatangkan ke Ragunan tahun 2002 dari sebuah kebun binatang di Inggris. Sejak saat itu, Dwi Suprihadi dipercaya menjadi pengasuh Komu, Kombu, dan Kimi. 


Pelatihan khusus Bukan perkara mudah untuk merawat hewan berukuran besar ini, Dwi harus mendapat pelatihan khusus di kebun binatang di Inggris agar mengetahui seluk beluk merawat gorilla.


 Dwi sendiri sudah menjadi perawat di Taman Margasatwa Ragunan sejak 1992. "Awal pelatihan dulu tahun 2002 itu satu bulan, terus tahun 2008 saya dapat pelatihan lagi sekitar tiga bulan di sana (Inggris)," kata Dwi saat ditemui Kompas.com di Taman Margasatwa Ragunan. 


Mulai dari pemberian pakan, pengamatan prilaku gorilla, pembersihan sanitasi semua diajarkan ke Dwi untuk ia terapkan saat Komu, Kumbo dan Kimi dibawa ke Ragunan. Ia kemudian menjelaskan bagaimana perawatan yang dilakukannya setiap hari."Kalau gorila ini pemberian makannya lima kali sehari, pagi itu kita berikan sarapan biasanya ada minum teh atau susu. Supaya tidak bosan kita ganti selang seling. Lalu untuk makanan kita berikan kacang, roti, terus ada pelet monyet. Setelah itu variasi pakan buah dan sayuran tiga sampai empat (jenis), beda-beda variasinya," kata Dwi.

Pengasuh hewan saat memberikan makan Gorila di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta Timur, Rabu (20/3/2019). Makanan yang diberikan adalah jenis buah-buahan dan sayuran.


Dalam sekali pemberian pakan gorila bisa menghabiskan setidaknya 2,5-3 kilogram makanan. Yang menjadi makanan favorit dari ketiga satwa ini ialah bunga dan tulang daun ketapang yang banyak tumbuh di Ragunan. 

Dwi mengungkapkan, biasanya mereka akan memilih untuk memakan ketapang terlebih dahulu dibanding jenis makanan-makanan lainnya. 

Dwi kemudian menuturkan selayaknya manusia, nafsu makan dari gorilla-gorilla ini terkadang naik turun. 

Saat mereka melihat apabila nafsu makanya sedang rendah, merka akan langsung berkomunikasi dengan tim medis untuk pemberian multivitamin demi menjaga kesehatan primata tersebut. 

Namun, ada prilaku unik dari Gorila yang sering membuat para pengunjung salah kaprah. 

"Di gorila ada prilaku unik jadi perilaku memuntahkan yang dimakan untuk dimakan kembali. Jadi kadang pengunjung liat mereka lagi sakit, padahal itu perilaku alami mereka, jadi kalau dia dapat makanan yang dia suka dia muntahkan terus dimakan kembali sampai rasanya hilang baru dicerna," jelasnya.




Tak hanya merawat, Dwi terkadang juga mengajarkan gorila tersebut ilmu sederhana bagaimana mereka hidup di alam liar. Salah satunya, mengajarkan mereka mengambil kelapa dari pohonnya. 

"Diberikan kelapa yang sudah dikupas, lama-lama kita berikan ada kulitnya. 
Di situ dia belajar juga bagaimana cara bukanya, setelah itu kita coba juga kasih pohonnya. 
Pertama dari pendek (pohon) sampai makin ke atas. Setelah tahu dia naik ke atas, sekarang mereka kalau ada kelapa berbuah bisa ambil sendiri," kata Dwi. 

Pengasuh hewan saat memberikan makan Gorila di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta Timur, Rabu (20/3/2019). Makanan yang diberikan adalah jenis buah-buahan dan sayuran.


menceritakan saat pertama kali tiga ekor gorila tersebut didatangkan. Kala itu, Komu masih berusia lima tahun sementara Kumbo dan Kihi berumur tujuh tahun. 

Awalnya mereka cukup malu untuk menjelajahi kandang tertutup dan kandang terbuka yang ada di pusat primata tersebut. Dibutuhkan waktu sebulan bagi tiga primata ini untuk beradaptasi. 

"Mereka juga menyesuaikan dengan iklim dulu awal-awal keluar (kandang terbuka) mereka suka cari tempat neduh supaya tidak kepanasan," ujarnya.

 Setelah terbiasa, ketiga gorila tersebut sudah bisa bermain dengan aktif di kandang-kandang tersebut. Awalnya mereka ditempatkan dalam satu kandang yang sama. 

Namun, empat tahun belakangan ini, kandang-kandang mereka mulai dibatasi karena mulai muncul persaingan kekuatan atara ketiganya. 

Belasan tahun merawat Komu Kumbo dan Kimi, berbagai hal menarik pernah dirasakan Dwi. Salah satunya ketika Dwi yang sedang lengah di dekat kandang, ia mendapat tanda "kenang-kenangan" dari gorila tersebut. 

"Colekan mereka kan lumayan (sakit), karena colekan mereka rasanya berkali kali lipat colekan kita," ujar Dwi. 

Pengasuh hewan saat memberikan makan Gorila di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta Timur, Rabu (20/3/2019). Makanan yang diberikan adalah jenis buah-buahan dan sayuran.

Beberapa kali lengan Dwi biru lebam setelah dicolek jari-jari gorila yang berukuran lebih besar jarinya. Namun, Dwi tak pernah kesal, apalagi dendam. Ia terus merawat ketiganya dengan penuh kasih sayang.


Dalam satu waktu ia juga pernah diusili oleh Komu dan Kumbo. Saat tengah fokus membersihkan kandang, salah satu gorilla itu mengagetkan Dwi dengan memukul pagar pembatas yang memisahkan mereka sehingga membuat Dwi tersentak.

 Tak mau kalah, esoknya saat Komu tengah bersantai, Dwi mengagetkan Komu dengan cara yang sama sehingga membuat gorilla tersebut berlari-larian karena terkejut. 

"Kadang-kadang itu lah yang memberi kedekatan emosional kita, becandaan seperti itu, tapi ya mereka enggak marah," kata Dwi sambil tertawa.

Pengasuh hewan saat memberikan makan Gorila di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta Timur, Rabu (20/3/2019). Makanan yang diberikan adalah jenis buah-buahan dan sayuran.




menyayangkan perilaku-perilaku pengunjung usil yang kerap kali menggangu gorila-gorila itu dengan cara melempar atau pun meneriaki mereka. 

Bahkan Dwi menyebutkan gorila-gorila itu sampai merespons dengan memukul pagar besi maupun berteriak. 

Saat hal itu terjadi, ia terpaksa mengalihkan perhatian si gorila dengan memberikan camilan makanan agar satwa yang dirawatnya itu tidak stres. 

Dwi mengatakan, para satwa juga memiliki jam istirahat selayaknya manusia. Mereka juga akan kesal jika diganggu saat sedang tidur.


Meski tidak bekerja kantoran seperti kebanyakan orang, Dwi sangat menikmati pekerjaannya sebagai pengasuh primata cerdas tersebut. Menurut Dwi, merawat satwa memiliki tantangan tersendiri.

 "Kita cukup senang juga karena perawat satwa pekerjaan yang unik, mungkin jarang orang yang bisa atau mau. Karena apa yang kita rawat mereka tidak bisa bicara ke kita, jadi dari pengamatan prilaku atau makan aja baru bisa mengetahui dia sakit atau sehat, mereka tidak bisa ngomong 'Woi, gue sakit' atau gimana jadi kita harus fokus ke mereka," kata dia

Ia berharap satwa-satwa yang dirawatnya ini bisa terus sehat dan tetap jadi primadona di pusat primata Taman Margasatwa Ragunan. 

No comments:

Post a Comment

Pages