seputarpelangi - Tekanan hidup yang dialami oleh seseorang menghasilkan beberapa dampak yang dapat terjadi pada kebiasaan sehari-hari. Salah satu hal yang kerap terjadi adalah munculkan keinginan makan sesuatu yang dikenal dengan emotional eating.
Namun, orang kadang tidak menyadari bahwa rasa lapar yang mendera itu bukan lapar fisik melainkan emosi. Sebenarnya ada perbedaan yang bisa kita rasakan antara lapar fisik dengan emosi seperti disampaikan psikolog Klinik Lighthouse Tara de Thoars. Untuk mengetahui hal tersebut hal pertama yang bisa dilakukan adalah dengan mendengarkan kode dari tubuh.
"Coba diam lalu pejamkan mata. Apakah benar merasa perut lapar? Jadi, perlu di cek yang lapar perut atau hatinya," kata Tara dalam Unilever Food Editor Club di Jakarta Selatan.
Pada orang yang lapar fisik akan muncul keinginan lapar tapi tidak spesifik jenis makanannya. Aneka makanan bisa membuat kenyang dan dirinya merasa puas. Sementara, pada lapar emosi muncul keinginan mengonsumsi makanan tertentu seperti es krim, cake, cokelat.
"Pada orang lapar fisik keinginan untuk makan bisa ditunda. Tapi kalau lapar emosi dia bisa langsung turun dari lantai 20 ke basement untuk membeli makanan yang diinginkan," kata Tara.
Lalu, sesudah makan pada orang lapar secara fisiologi akan merasa kenyang. Namun, pada orang yang lapar secara emosional mengonsumsi sesuatu malah berakhir dengan rasa bersalah.
Ketika lapar emosi akibat stres datang, Tara menyarankan untuk sementara waktu menahan keinginan untuk makan. Dengan menunda makan sekitar 15 menit, emosi bisa menurun dan logika naik.
"Biasanya keinginan untuk makan akan menurun. Jikapun tetap makan, jumlahnya tidak banyak," jelas Tara.
Bisa juga dengan melakukan beberapa hal yang meningkatkan suasana hati. Seperti berolahraga, jalan-jalan ke luar ruangan, bermain ke kubikel rekan kerja.
"Ini cara untuk menaikkan serotonin dan dopamin yang turun karena stres," tandasnya.seputarpelangi
No comments:
Post a Comment